291221 ; Kosasra


“Kamu bisa jemput Selena?”

Suara di ujung sana sekali lagi menyapa telinga gue. Gue melirik ke arah jam, memperhitungkan seberapa bisa gue menjemput Selena seperti yang dia tanyakan.

“Jam 4 kan, ya?”

“Iya, Soon. Tapi kalau bisa 30 menit sebelumnya udah di sana.”

Gue mengangguk, padahal tahu kalau dia gak mungkin melihatnya. “Oke, habis itu ke rumah. Selena suruh mandi dan kita pergi bertiga, gimana?”

Sana, orang yang memulai komunikasi ini. Dia gak langsung menjawab, mempertimbangkan juga.

Bertahun-tahun hidup bareng ditambah dengan Selena, kita berdua masih jarang langsung menyetujui permintaan satu sama lain. Perbedaan kesibukan jadi alasan utamanya.

Ada tiga hal yang melekat sama Sana, dan gue bukanlah salah satunya.

Pertama, media sosialnya. Sana dari zaman sekolah dulu udah punya beribu-ribu pengikut, ditambah dengan channel youtube yang konsisten update. Sosok Sana si selebgram pun masih melekat padanya walau dia gak seaktif dulu. Kesibukannya sekarang membuat dia gak bisa lama menjelajah isi ponsel.

Kedua, guru muda. Title ini ada setelah Sana mulai mengajar. Banyak orang tua yang gak menyangka kalau dia udah menikah dan punya anak. Makanya dia dapat julukan itu.

Ketiga, Selena. Anak perempuan yang tahun ini ada di usia keduanya. Selena sering menjadi ekor Sana, dia lebih dekat sama Sana. Bagi Selena, Sana segalanya. Bagi Sana, Selena dunianya. Gue cuma ngontrak, bayarnya mahal pula.

Bercanda, gue selalu bersyukur dengan kehadiran mereka yang menyambut gue setiap pulang kerja.

Gue mungkin masuk ke hal yang melekat sama Sana, tapi nomor ke sekian. Pda kenyataannya, orang-orang gak banyak yang tahu kami menikah—ini karena acaranya yang gak kami selenggarakan secara meriah. Cuma keluarga terus kosasra.

“Emang kamu gak lanjut kerja?” Nah, 'kan, ditanya.

“Enggak, 'kan, hari ini spesial.”

“Apanya?”

Hadeh, lupa nih anak.

“Kamu, 'kan, hari ini ulang tahun,” jawab gue. “Aku sengaja minta asistenku supaya jadwal ku hari ini sampai jam tiga. Biar bisa quality times sama kalian.”

“Selamat ulang tahun, Sana. Dari kita masih teman, ke teman dekat, ke teman tanpa status, sampai sekarang kita jadi sepasang ayah dan ibu. Aku selalu bahagia sama kehadiran kamu. Makasih udah ngasih kesempatan sebagai suami dan ayah. Kamu udah ngasih banyak hal berharga, terlebih Selena.”

Gue mengambil jeda, meski samar gue dapat mendengar napasnya yang memberat.

I promise, I will always take care of you two,” ucap gue mengakhiri.

Sesuai dugaan. Balasan yang diberi Sana adalah, “Kamu gak—hiks b-bisa pulang sekarang aja apa?”

Dia tetap dia, gak berubah.