291221 ; taksa
// kiss scene
Dua raga yang sebelumnya saling berpelukan itu mulai menciptakan jarak lagi antara keduanya. Tangan yang lebih tua ada di kedua pundak yang lebih muda, kemudian beralih menjadi membingkai kedua sisi wajah lawan bicaranya. Ll
“Ini dia si cantik Shanaya—eh atau si pawang pengendali taksa?”
Naya tertawa geli. “Apaan sih?”
“Benar, dua-duanya. Si cantik yang bisa ngendaliin taksa,” balas Rendra dengan nada candaannya.
“Kalau itu Jennifer.”
“Ya udah iya, Jennifer.” Rendra mengelus pipi halus itu dengan ibu jarinya. “Jalan-jalan sampai sore udah, pelukan lama juga udah. Nyonya Shanaya mau apa lagi buat hari ulang tahunnya ini?”
“Cium kening?” tanya Naya.
“Waduh, jadi gugup kalau gini.”
“Giliran cium bibir aja langsung gas,” sahut Naya dengan nada menyindir, Rendra cuma bisa tertawa canggung menanggapi itu.
“Kalau itu, 'kan, sering. Cium kening mah berasa simulasi suami istri.”
“Gak papa simulasi dulu aja, siapa tahu beneran.”
“Cakep. Ya udah sini cium,” ucap Rendra, dengan gerakan perlahan ia mengecup kening kekasihnya itu. Hanya sebentar tapi Naya dapat merasakan kalau Rendra gugup.
Ibu jari Rendra yang semula mengelus pipinya itu berpindah. Menjadi mengelus permukaan bibir Naya.
Mata keduanya bertemu. “Kalau yang ini boleh dicium?”
“Bolehnya kecup aja.”
“Oke siap,” kata Rendra kemudian memberi satu kecupan.
Hening setelahnya. Mereka menyelami naga satu sama lain.
“Kamu sering tanya, 'kan? Kenapa pada akhirnya aku jatuh ke kamu, apakah itu pantas dan sebagainya,” ucap Rendra kembali mengisi obrolan antar keduanya.
“Yang seharusnya mendapat pertanyaan itu, ya kamu. Kok bisa, ya, seorang Shanaya mau sama Tarendra? Shanaya yang dari kecil udah usaha, Shanaya yang wajahnya hampir ada di setiap majalah, Shanaya yang namanya udah banyak dikenal.”
Rendra memiringkan kepalanya. “Kok bisa, ya?”
“Ih, Rendra ....”
Sesuai dugaan Rendra, Naya akan membalas dengan rengekan lalu memeluknya untuk sekedar menyembunyikan wajah yang memerah.
Rendra tertawa kecil. Kemudian membalas pelukan itu.
“This day is always meant to be bright and beautiful because the love of my life was born on this day. Happy birthday, girl,” ucap Rendra lalu mengecup puncak kepala Naya.
Naya mendongak, untuk menatap kekasihnya itu. “Tarendra, thank you so much for always being right there for me.”
“Kembali kasih, Shanaya. Selanjutnya apa lagi? Hari ini Tarendra di bawah pengendalian Shanaya sepenuhnya.”