Day by Day – 01. Pembukaan.
Pemandangan dua orang berdebat sambil memakai sepatu mereka adalah hal yang udah gak asing buat Helios dan Helia. Dua anak kembar itu hampir selalu menyaksikannya setiap pagi, kala menunggu yang bersangkutan untuk berangkat bersama.
“Lo, sih, pake bilang ke mama! Jadi, kena marah, 'kan, kita berdua.”
“Ya lo lah, bolos ngajak-ngajak gue. Harusnya lo doang yang kena semprot.”
“Argh! Kalian udahan, dong! Buruan di sepatunya, nanti kita ketinggalan bis lagi,” protes Helia, sudah bosan mendengarkan.
Dua orang yang kena omelan mengerjap, menatap orang yang barusan bersuara.
“Iya, maaf, yak, Dek. Yuk ah, kita cus berangkat,” ucap Chelsea, salah satu di antara mereka. Orang yang mengomeli adiknya karena mengadu soal ketidakhadirannya di tempat les kemarin.
Meski yang paling tua, Chelsea tetap menjadi yang paling mungil di antara mereka. Gak menghiraukan hal itu, dia malah merangkul Helia dan mengajaknya untuk berjalan berdampingan. Membuat yang dirangkul perlu sedikit membungkuk untuk menyesuaikan.
“Lah, kok gue ikut ditinggal?” protes Helios sebelum berlari kecil menyusul dua cewek yang kalau boleh dilebihkan, udah dia kenali semenjak menyambut dunia dengan tangisan.
Elvano, sosok yang udah badmood karena ikut kena omel seusai sarapan itu cuma memutar bola matanya malas. “Ah elah, pait banget hidup gue,” celetuknya sebelum ikut menyusul tiga orang lainnya.
Sudah jadi tetangga semenjak dalam perut, membuat mereka berempat mau gak mau saling mengenal. Terbiasa bersama sejak kecil, bahkan sekolah pun sampai harus disamakan.
Dibandingkan, Elvano, Helios, dan Helia, Chelsea lebih dulu menghadapi kehidupan. Meski cuma berbeda satu angkatan, tapi tetap saja dia dinilai lebih jago buat menghadapi hari-harinya.
Penyebab lainnya karena dia harus mempunyai adik yang umurnya tidak jauh darinya, Elvano. Cowok yang bahkan hadir di rumah mereka di luar rencana yang seharusnya karena insiden yang disebut kebocoran.
Berbanding terbalik dengan Helios dan Helia. Mereka lahir bersama. Mereka juga punya wajah yang hampir sama. Jadi, kata mami jangan sampai gak sama-sama.
Biasanya dalam pertemanan akan ada lingkaran dalam lingkaran. Itu pun terjadi di antara mereka, tepatnya pada Helios dan Chelsea. Kegemaran mereka dalam menggoreskan tinta juga memainkan warna, membuat mereka terkadang ada dalam ruang sendiri. Namun, jangan khawatir, jika sudah begitu Helia dan Elvano akan mencari cara tersendiri supaya gak mereka juga mempunyai kegiatan bersama. Joget tiktok, contohnya.
Namun, untuk di cerita ini, kita akan fokus pada dua orang saja seperti yang tertera di kepala thread. Helios dan Chelsea atau yang lebih akrab dipanggil Iyos dan Cece.
Mereka juga pertemanan yang nyaris menjadi seperti lagu 'Hati-hati di Jalan' milik Tulus.
Diperkenalkan ke dunia gambar, membuat Helios ikut tertarik juga kepada yang mengenalkannya, Chelsea. Awalnya, dia biasa aja pada sosok itu mengingat mereka bahkan menyaksikan bagaimana tubuh masing-masing terbalut hitam gara-gara jatuh di selokan.
Namun, makin bertambahnya umur, Helios makin menyadari kalau Chelsea ada di mana-mana. Di sekolah sebagai kakak kelas, di tempat les karena Helios ikut les di sana, dan di sekitar rumah karena mereka tetangga. Terkadang, ketika Helios sedang hangout bersama teman-temannya pun, dia bisa berpapasan dengan Chelsea yang juga sedang bersama teman-temannya.
Helios gak bosan, sumpah. Dia gak mempermasalahkan itu karena pada faktanya, dia senang melihat wajah mungil Chelsea dengan rambut pendek mengembangnya yang sudah khas.
Namun, ada satu waktu di mana Helios jadi melihat Chelsea dengan cara yang berbeda. Chelsea yang pernah dia lihat kucelnya itu, satu hari bisa menjadi cewek paling cantik yang pernah Helios lihat.
Waktu itu, cowok yang akrab dipanggil Iyos itu sedang mencari inspirasi sebagai latihannya dalam menggambar ilustrasi. Menggambar artis sudah bosan, menggambar dirinya takut gak puas karena ia tahu aslinya jauh lebih tampan.
Jadi, Helios iseng. Dia melihat satu per satu gambar di galerinya dan menemukan potret Chelsea yang pernah cewek itu gak sengaja kirim ke group chat dan belum dia hapus. Helios makin iseng dengan mencoba membuat ilustrasi berdasarkan potret itu. Makin lama dilihat, makin sering ia terpaku.
Ternyata, Kak Ce cantik juga, ya?
Dari situ, Helios jadi sering memperhatikan wajah Chelsea tanpa ia sadari. Makin lama ia menjadi mengakui kalau Chelsea memang benar ada di mana-mana.
Di sekolah, di tempat les, di dekat rumah, bahkan di hatinya.