Di semesta ini semuanya aneh. Bagaimana bisa kita jadi penentu kelanjutan hidup seseorang cuma karena ikatan soulmate?

Jiwa yang terikat emang gak pernah enak.

Mungkin, beberapa bisa bahagia dan menerima dengan senang hati tentang pasangannya. Karena mereka bisa mengenal orang itu jauh sebelum tanda di pergelangan tangan muncul.

Menjadi soulmate dari seseorang yang belum pernah kita temui, bisa dibilang jarang terjadi. Biasanya jika ada yang seperti itu, pertemuan pertama akan selalu menjadi momen saat tanda di pergelangan tangan ini muncul di kedua belah pihak.

Seperti apa yang terjadi sama gue dan Soonyoung kemarin, dan gue sedikitnya membenci hal itu.

Gue gak pernah suka sama konsep ini. Sedikit pun.

Gue mutusin buat menjauh dari dunia, hidup sendirian biar gak ketemu sama soulmate gue. Walau ujungnya dia tetap berhasil nemuin gue.

Gue takut.

Gue nyaksiin gimana orang tua gue saling nyakitin secara perlahan. Entah apa yang terjadi, tapi mereka lama-lama gak bisa lagi saling nerima. Setiap hari, gue melihat darah, gimana ibu atau ayah gue terjatuh dan nyaksiin juga gimana mereka sebelum tertidur buat selamanya.

Gue takut kalau ujungnya hal itu bakal terjadi sama gue dan soulmate gue kelak.

Tapi, lihat sekarang.

Belum apa-apa, gue udah bikin laki-laki itu sekarat. Padahal gue cuma menolak ikatan ini.

Salah satu alasan kenapa gue gak menyukai konsep ini, karena itu. Kita bahkan cuma berpikir untuk menolak, tapi kita bisa aja ngebuat dia kenapa-kenapa.

Jika penolakan itu diucapkan secara langsung, dia bisa ada di ujung kehidupan dan kematian gak lama kemudian.

“Gue gak mau ketemu lo, Soonyoung.”

Gue sadar kalau itu bentuk penolakan yang ngebuat Soonyoung nyaris pergi dari dunia hari ini. Secara gak langsung, gue hampir bunuh dia.

Apa yang adiknya katakan ada benarnya. Jika menolak Soonyoung, itu gak membuat gue bisa melanjutkan hidup dengan tenang. Gimana pun, Soonyoung gak menolak gue.

Gue gak bisa ikut pergi sama dia, dan itu cuma ngebuat hidup gue makin dipenuhi penyesalan.

Jadi, gue memutuskan untuk mencoba menerima.

Gue udah gak ngerasain kehadiran Soonyoung lagi. Tapi, gue harap ini bisa membantunya. Gue harap dengan mencoba ikhlas dan menerima ikatan ini tanpa disuarakan, Soonyoung bisa segera bangun dari tidur.

Tapi, Yena gak kunjung ngehubungin gue.

Sebenarnya, ada sisi lain tentang konsep ini yang jarang terjadi. Beberapa orang gak berakhir menjadi pasangan soulmate-nya, dan itu gak membuat dia terluka kalau memang soulmate-nya menerima hal itu.

Menjadi soulmate, bisa ngebuat lo ngerasain kehadirannya, gimana perasaannya di hari itu, dan rasa sakit yang dia alami. Tapi, itu semua gak menjamin perasaan sayang dan saling memiliki bakal ada.

Bohong kalau gue bilang gue baik-baik aja. Setiap Soonyoung kesakitan, gue juga ngerasain hal itu. Tapi, karena Soonyoung gak menolak gue, gue gak separah dia.

Walaupun jiwa saling terikat, itu gak membuat semua soulmate berujung jadi pasangan dalam pernikahan. Meski lebih banyak yang memilih buat menikah karena punya kemungkinan saling nyakitin lebih sedikit.

Tapi, menurut gue sama aja. Setiap manusia selalu punya kemungkinan buat nyakitin manusia lainnya. Terbukti dengan setelah menikah dan punya anak pun, orang tua gue masih sanggup untuk saling nyakitin dan ninggalin gue di hari yang sama.

Ketika ponsel gue berdering untuk ke sekian kalinya. Semua itu berasal dari orang-orang di sekitar Soonyoung yang peduli sama dia.

Soonyoung bangun dan gue gak tahu harus bereaksi kayak gimana. Mereka semua ngucapin terima kasih ke gue karena mau untuk mencoba menerima ikatan kami.

Orang-orang itu beneran peduli sama Soonyoung.

Kapan, ya, gue bisa ngerasain dipeduliin orang sampai segitunya? Gue bahkan udah gak ingat gimana nama gue dipanggil oleh dua orang yang paling peduli sama gue, sama kedua orang tua gue.

Di malam hari, ada satu pesan lagi yang gue terima dan baca. Itu dari Soonyoung dan dia cuma bilang makasih karena gue gak membiarkan adiknya ngelihat dia kesakitan lebih lama.

Soonyoung bahkan lebih peduli sama adeknya dibandingkan diri sendiri.

Gimana bisa dia kayak gitu? Lebih peduli sama orang lain, daripada dirinya sendiri. Sesayang apa pun Soonyoung sama adiknya, dia harusnya tahu kalau ada kemungkinan adiknya gak melakukan hal yang sama ke dia.

Ah, udahlah.

Apa yang terjadi hari ini ngebuat gue pening setengah mati.