Dialog Keyakinan

Hoshi as Bintang.


“Selamat siang, semuanya!” sapa Bintang seraya melangkah. Sosok yang masuk dengan senyuman lebar itu berhasil mengundang keheningan. Dia langsung berjalan ke tengah ruangan, berdiri tegak di sana setelah mengeluarkan laptopnya.

“Jadi, hari ini sesuai yang udah di-share semalam di grup, kita bakal ada diskusi. Gue mau hari ini pakai prinsip sersan, ya, serius tapi santai,” ujarnya tanpa banyak berbasa-basi. Ia langsung memulai tujuan mereka dikumpulkan di sini.

“Gue juga ada udah share file-nya kemarin, 'kan?” tanya Bintang dan diangguki oleh teman-temannya. “Sip, ayo yang cakep dibuka dulu berkasnya, kita bahas.”

Bintang diam, memberi waktu pada para anggotanya untuk melakukan apa yang ia ucapkan barusan. Laki-laki itu memandangi sekitar, ketika ia rasa sudah cukup. Bintang pun kembali memperdengarkan suaranya.

“Sebelumnya, sorry, ya. Kalian harus buka masing-masing gini, soalnya ruangan yang ada proyektornya dipake sama satu kelas yang jadwalnya barengan sama rapat kita.”

“Binta, izin nanya.”

Binta adalah nama panggilan Bintang. Ia sengaja memperkenalkan dirinya dengan nama itu. Karena sesekali ia merasa bahwa nama Bintang tidaklah layak untuk dirinya.

“Belum mulai udah ada pertanyaan aja, nih. Kenapa, Tar?”

“Ini lo gak salah kirim file, 'kan? Isinya cuma ada satu kalimat?” tanya Mentari, sosok yang bertanya barusan.

Bintang menunjukkan senyuman khasnya, di mana matanya turut tersenyum. Laki-laki itu menggeleng, kemudian berkata, “Gak, kok!”

Jawaban itu tentunya menghasilkan wajah heran sebagai reaksi dari para anggotanya.

“Kenapa gue bilang hari ini diskusi dibandingkan rapat? Karena gue memang mau ngobrol serius sama kalian, bebas anggap ini deep talk atau bukan. Gue harap dengan ini kita bisa saling paham sama isi pikiran masing-masing.”

Bintang menatap anggotanya bergantian. “Yang gue amati, komunikasi kita itu buruk. Setiap program yang terlaksana pasti ada pihak yang merasa paling berat ngejalaninnya.

“Masa kerja kita masih lama. Gue gak mau ada perpecahan. Walau gak disuarakan, gue yakin ada beberapa yang saling gak suka, apalagi sama gue. Gue gak akan larang, itu hak kalian kok.”

“Sekarang, boleh gue mulai?” tanya Bintang setelah kalimat panjang lebarnya barusan tak mendapatkan tanggapan. Bintang terlalu berterus terang sehingga mereka bingung menjawab apa.

“Boleh, Bin.”

“Sip, cakep. Lan, coba lo baca isi file-nya.” Sosok perempuan yang Bintang sebut itu tanpa kata langsung mengangguk.

“Bagaimana cara menjadi keren?” ucap Bulan sembari membaca tulisan ada di layar ponselnya.

Saat ini, sebenarnya semua yang ada di ruangan itu kebingungan. Bintang sulit ditebak, meski laki-laki itu telah mengatakan apa alasannya membuat pertemuan ini. Namun, dengan apa yang Bulan bacakan barusan, rasa bingung itu kembali melingkupi mereka.

Bintang dan kata bingung sebenarnya bukanlah dua hal yang asing didengar secara bersamaan. Dari sebelum dirinya dipilih menjadi ketua, Bintang sudah cukup banyak menghadirkan rasa bingung dari tingkahnya yang memang jarang bisa ditebak.

Bintang lebih sering menampilkan sisi humorisnya. Kadang ia akan melemparkan sebuah candaan dengan nada yang serius, maupun sebaliknya.

Pernah juga Bintang menceritakan cerita sedih dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Sosoknya yang sering membuat bising kantin dan hal lainnya, pokoknya ada banyak tingkah aneh yang laki-laki itu lakukan.

Namun, dibalik semua itu. Bintang tetap berhasil menjadi sosok ketua yang bisa diandalkan. Dia yang punya kepedulian tinggi dan jarang mengubah keputusannya.

Bintang juga adalah orang yang sama dengan yang namanya sering disebut sebagai pemenang dalam kompetisi tari. Itu juga bukanlah hal yang jarang terjadi.

Bintang itu seperti dua orang dalam satu tubuh yang sama.

“Kok pada diem? Gak ada yang mau jawab apa yang ditanya Bulan barusan?”

Kan, padahal barusan Bintang yang menyuruh Bulan untuk membacakan isi file yang ia kirimkan. Namun, laki-laki itu malah berkata seolah Bulan yang bertanya. Bulan yang sudah kelewat hafal hanya bisa menarik napas pasrah.

“Kalau ada yang bingung,”—Bintang melihat pada layar laptopnya—“keren menurut KBBI artinya tampak gagah dan tangkas, bisa juga galak. Kalau melihat pandangan orang, keren itu yang mengagumkan di suatu hal, 'kan?”

Beberapa anggotanya ada yang mengangguk.

“Nah, menurut kalian, nih. Gimana caranya jadi keren?” Bintang mengulang pertanyaan tadi.

Mentari mengangkat tangannya, itu membuat Bintang tersenyum puas. “Silahkan, Tar, dijawab.”

“Keren itu ketika mata orang-orang bisa melihat ke arah lo karena hal baik. Jadi, kita perlu menonjolkan satu hal baik dari diri kita buat jadi keren.”

Mentari menjeda kalimatnya untuk mengambil napas. Setelahnya, ia menjawab, “Entah itu—maaf sebelumnya, dari fisiknya, sikapnya, atau mungkin prestasinya.”

Bintang sekali lagi mengukir senyumannya. Ia bertepuk tangan dan tak lupa menganggukkan kepalanya. “Oke, makasih jawabannya, Mentari. Ada yang setuju sama apa yang dinyatakan Mentari?”

Beberapa anggotanya mengangkat tangan sebagai pertanda setuju dengan apa yang Mentari katakan.

“Untung lo menekankan hal baik. Kadang pandangan orang bisa jatuh ke kita saat hal buruk, apalagi kalau ngelakuin hal yang menurut mereka salah,” ucap Bintang, “ada lagi yang mau berbagi pikirannya selain Mentari?”

“Kurang lebih apa yang diomongin Mentari sih, Bin,” jawab salah satunya dan Bintang mengangguk.

“Oke, kalau memang gitu. Gue juga mau menyampaikan isi pikiran gue.”

Bintang menatap anggotanya sejenak. “Kalau menurut gue. Keren itu ketika kita mampu buat ngelakuin suatu hal dengan usaha semaksimal mungkin. Atlet, model, dan yang lainnya. Mereka gak akan terlihat keren kalau gak berusaha menampilkan bakat mereka bahkan sampai mencetak sebuah pretasi secara maksimal bukan?”

Mereka terlihat berpikir sebelum beberapa diantaranya mengangguk, menyetujui ucapan Bintang. Lagi, Bintang kembali mengukir senyumannya.

“Usaha itu, mereka yang lakuin sendiri. Walaupun ada pelatih atau orang-orang yang mendukung mereka, pada akhirnya mereka harus bisa untuk berusaha sendiri. Ibaratnya, pas bertanding mereka gak akan bergantung ke siapa-siapa. Meskipun ada rekan, tapi mereka juga punya bagian masing-masing.”

Bintang memiringkan kepalanya. “Jadi keren tuh bukan hal yang mudah. Iya, 'kan?”

“Iya, Bin!” sahut mereka.

“Nah, kalian tahu gak sih? Kita bisa keren bareng-bareng kalau kita mau kerja sama. Kita punya bagian masing-masing, jalani dengan maksimal. Jangan ambil peran orang lain, jangan kasih peran yang seharusnya kita jalani. Coba dulu jangan langsung bilang gak bisa.

“Selain organisasi ini, kita juga jadi diri sendiri. Makin berkurangnya umur, kita memang dituntut untuk mandiri. Dituntut buat bisa menyeimbangkan segala hal yang ada di kehidupan kita. Kita mau gak mau harus bisa lewatin semua itu.”

Bintang tersenyum. “Gue percaya lo semua bisa. Di sini gak cuma gue yang pernah ikut lomba nasional dan menang. Gue tahu kalian berusaha menciptakan sebuah karya setiap harinya, mencetak prestasi yang diakui oleh banyak orang atau mungkin cuma orang terdekat aja. Kalian udah berusaha dan itu adalah hal yang keren banget.”

Hening untuk beberapa saat. Para anggotanya bingung membalas apa. Mereka hanya bisa mengangguk, terkadang memang sulit untuk membalas seseorang yang berucap panjang lebar.

“Kali ini harus jawab, ya. Karena kalian adalah orang-orang keren, jadi kalian harus jawab dengan semangat. Oke?” tanya Bintang.

“Oke!” jawab mereka bersamaan.

Bintang menegakkan posisi berdirinya. Dia menepuk keras meja dengan kedua tangannya, berhasil membuat anggotanya terkejut.

“Kalian percaya kalian bisa?!” Bintang bertanya dengan suara keras, nyaris membentak.

“Percaya!” jawab para anggotanya serentak.

“Kalian mau, 'kan, berusaha semaksimal mungkin?!”

“Mau!”

“Kalian itu keren dengan jalan masing-masing, benar?”

“Benar!”

Bintang tersenyum puas. Tanpa sadar, itu juga membangkitkan senyuman dari para anggotanya. Ini hanya perbincangan, tapi rasanya Bintang akan membawa mereka ke medan perang.

“Ayo kita sama-sama berusaha buat tambahin nama kita diantara orang-orang yang berprestasi di negeri ini. Jadi orang keren dengan cara masing-masing, salah satunya dengan membuat organisasi ini berjalan dengan semestinya.”

“Ayo!”

“Sip, gue tahu kalian semua mampu. Tetep jangan lupa buat apresiasi diri sendiri dan bersyukur. Apapun yang lagi kalian coba raih, good luck, guys!”

Yap, ini adalah satu dari sekian dialog bersama Bintang yang berhasil menumbuhkan keyakinan.