Kalau diingat lagi, bukan kali ini doang gue bingung ketika orang-orang tengah panik. Begitu masuk ke studio, gue lihat mereka yang bolak-balik. Sibuk ngedekor sambil dikejar waktu.

“Nah, ada Mas Hoshi! Mas boleh minta tolong, gak?” tanya Mbak Nay dan gue secara spontan mengangguk.

“Kenapa?”

“Tolong tahan supaya Shasa gak masuk dulu ke sini. Dekorasinya belum beres. Masa udah capek beli, eh, suprise-nya gagal?”

Suprise?”

“Iya, hari ini, 'kan, ulang tahun Shasa, Mas. Lupa atau gimana?”

“Oke, saya ke depan kalau gitu.”

Semenjak balik ke Bandung, semenjak orang-orang tahu hubungan gue dan Shasa. Ketika ada satu kejadian dan gue bersikap bingung selalu kalimat itu yang keluar dari mereka.

“Lupa atau gimana?”

Gue gak bisa secepat itu pulih setelah semua hal tentang Hoshi diterapin ke gue. Untuk kembali dengan karakter Soonyoung—diri gue yang asli—gue perlu waktu yang lama.

Pada akhirnya, gue kembali ke depan. Nunggu Shasa yang memang hari ini ada jadwal di radio dulu.

Gue belum mempersiapkan apa pun buat dia. Padahal tahun kemarin gue udah ada dalam posisi kayak gini. *Bisa-bisanya, lo malah lupa lagi, Kwon Soonyoung.”

Shasa pacar lo, Soonyoung. Masa lo gak bisa mengingat tanggal ulang tahun dia? Huft, lemah.

“Soonyoung!” Suara Shasa menyapa pendengaran gue dan gue tentu langsung melihat ke arah dia. Cewek itu datang menaiki ojek—seperti biasanya kalau dia habis dari radio.

“Kok diem di sini? Gak latihan?”

Mbak Nay belum nge-chat gue, artinya mereka belum beres di sana. Gue meraih tangan Shasa kemudian mengajaknya untuk berjalan.

“Kita harus ke akademi, Soonyoung.”

“Sebentar aja,” jawab gue sembari melirik sekitar. Mencari pedagang yang setidaknya bisa gue beli buat Shasa—buat sekarang. Hadiah benerannya bisa gue cari ketika acara suprise-nya kelar.

Kayaknya memang gue lagi dikerjain. Pedagang yang biasanya ramai mengingat murid kami kebanyakan anak-anak sekarang kayak gak ada. Cuma ada satu dan itu pun telur gulung.

Ya udah, daripada gak sama sekali.

“Jajan dulu, ya, Sha.”

“Tumben?” kata dia dan gue cuma tersenyum canggung.

“Kamu mau beli berapa? Aku jajanin,” tanya gue.

“Terserah yang ngasih aja,” jawab dia kemudian membalas genggaman gue. Sedari tadi memang terkesan gue yang menarik dia, Shasa yang bingung gak sempat membalas.

Mang, meser 10 tusuk weh.

“Siap, A.”

“Bikin yang spesial, ya, Mang. Buat yang lagi ulang tahun soalna.”

Pedagangnya ketawa dan sekali lagi membalas dengan kata 'siap.'

“Oh ini jajan dulu soalnya disuruh Mbak Nay ngulur waktu, ya? Di studio pasti lagi disiapin buat suprise, 'kan?” tebak Shasa langsung. Tampaknya gue harus minta maaf ke Mbak Nay nanti.

“Gitu deh.”

Kami berdua kemudian diam, mengamati bagaimana pedagangnya yang udah kelewat ahli itu membuat telur gulung. Ketika Shasa mengeratkan genggamannya, gue merasa kalau ini bukanlah hal yang baru.

Gue merasa kalau ini gak asing.

Berbarengan dengan kembalian yang diserahkan ke gue, Mbak Nay nge-chat. Kami berdua kembali jalan ke arah akademi, bedanya kali ini lebih santai.

“Soonyoung, kamu inget ulang tahun aku?”

Gue menggeleng. “Maaf, ya? Aku mungkin gak akan sadar kalau tadi gak pada panik di studio.”

Shasa senyum kecil. “Gak papa, aku paham kok.”

Shasa, lo keterlaluan baik. Gue gak tahu gimana jadinya kalau gue gak ketemu sama lo.

“Dulu waktu aku awalan pindah ke Bandung. Pertama kalinya rayain ulang tahun sama kamu. Kamu ngajakin aku buat jajan sepuasnya dan yang pertama kita beli itu telur gulung.”

Shasa menghentikan langkahnya untuk bisa menatap gue dengan benar. “Kamu ngerasain gak tadi? Kamu lupa, aku nyaris lupa. Meski begitu kenangannya bakal tetap kerasa, 'kan?”

Ingatan pernah hilang, rasa pernah pudar. Tapi benar kata Shasa, kenangan tetap ada untuk keduanya.

Gue senyum dan manusia paling cantik yang ada di samping gue pun tersenyum.

“Sha, happy birthday. Semoga hari ini kamu bisa seneng because today is your day. Nanti mau apa, bilang aja, ya. Aku bakal usahain buat nyari dan kasih itu ke kamu.”

“Gampang kok. Biar hari ini seneng berarti kamu gak boleh jauh-jauh dari aku. Aku senengnya pas sama kamu soalnya.”

Bisa aja.