Soonyoung memang berusaha tidak peduli karena fokus kehidupannya hanya pada Yena. Mereka yang berulang kali mengalami kehilangan hanya bisa mempercayai satu sama lain untuk sekarang.

Soonyoung tidak ingin adiknya itu merasakan kehilangan lagi.

Jika ia terus bersikap tidak peduli, dan membiarkan perempuan itu terus menolak ikatan yang ada pada keduanya. Yena bisa kehilangan dirinya.

Soonyoung mungkin tidak akan bertahan lebih lama lagi jika terus mengabaikan ikatan ini. Tubuhnya tidak sekuat itu untuk terus menahan rasa sakit.

Soonyoung lelah terus menyembunyikan apa yang ia alami dari Yena. Ia tidak akan pernah mau memperlihatkan kesakitan yang ia alami pada adiknya.

Di hari kelima ikatan ini terungkap, Soonyoung berniat untuk menemui soulmate-nya. Namun, langkahnya tertahan di depan pintu rumah yang dikelilingi oleh tumbuhan ilalang itu.

Tangan Soonyoung bergerak untuk mengetuk pintunya, ia berharap Sana akan sudi untuk berbicara padanya.

“Sana, kita perlu ngobrol.”

Tak ada balasan. Soonyoung tidak yakin perempuan itu mendengar suaranya. Namun, meski samar Soonyoung dapat mendengar suara langkah kaki dari dalam.

Ia yakin, Sana akan membukakan pintu itu jika yang datang bukanlah Soonyoung, soulmate-nya.

“Gue harap lo bisa dengar ini,” ucap Soonyoung lagi.

“Gue gak peduli sama ikatan ini, tapi gue peduli sama adek gue. Kami udah kehilangan berulang kali, dan gue gak mau ninggalin dia karena lo—yang bahkan belum gue kenal nolak ikatan ini.”

Soonyoung mengepalkan tangannya. Segala rasa sesak yang selama ini berusaha untuk ia pendam karena tidak ingin Yena kembali terpuruk, sekarang seakan muncul di permukaan lagi.

“Gue mohon sama lo ... jangan biarin adek gue ngelihat gue kesakitan. Gue gak yakin bisa sembunyiin semua ini dari dia lebih lama lagi.”

Soonyoung paling tidak suka menunjukkan sisi lemahnya pada orang lain. Namun, untuk sekali ini, demi Yena, ia akan menunjukkan jika itu bisa membuat Sana tergerak hatinya.

Berharap perempuan itu akan membantunya untuk hidup lebih lama.

“Sana, adek gue cuma punya gue. Setidaknya, kasih gue waktu buat nemenin dia lebih lama sampai dia udah nemuin soulmate-nya. Setelah itu, kalau lo mau menolak gue dan membuat gue pergi dari dunia ini, gue gak akan peduli.”

Suara Soonyoung semakin lirih. Ia takut jika harus meninggalkan Yena sendirian di dunia yang jahat ini. Setidaknya, sampai Yena menemukan seseorang yang bisa menggantikannya untuk menjaga perempuan itu.

Di antara detik yang terus berganti pada menit. Harapan Soonyoung seperti dibawa untuk pergi sejauh-jauhnya. Bahkan ketika langit sudah gelap pun, pintu itu tak kunjung terbuka.

Sana membiarkan Soonyoung tertahan di depan pintu tanpa mengubah apa pun. Soonyoung paham bahwa tak ada kepastian yang perlu Sana beri lagi.

Sana sudah menolaknya.

“Lo masih di sana?”

Baru saja Soonyoung akan beranjak dari tempatnya, suara pelan itu berhasil membuat Soonyoung kembali berbalik.

“I-iya, gue masih di sini.”

Hening.

Sana tak langsung membalas ucapannya.

“Adek lo sendirian, 'kan? Lebih baik lo pulang.”

“Tapi, San—”

“Gue gak mau ketemu lo, Soonyoung.”